Remaja Ternoda HIV/AIDS Merajalela |
Ngomongin dunia remaja, enggak ada matinya. Mulai dari fashion, trendsetter, idola, musik dan tidak kalah pentingnya adalah persaingan alias pacar. Sudah nggak malu - malu lagi kayak zamannya nenek dan kakek dulu, kalau berduan bakal langsung dinikahin. Nah kalau sekarang malah sudah didepan mata kedua orangtua jalan berduan dan saling berpengan tangan. Malah ada orangtua yang bingung jika anak perempuannya tidak punya pacar disangka tidak normal. Tapi jika kebablsan dan virginitas jadi pertaruhannya. gimana jadinya yah?? Wah... kayaknya hot banget neh ... bahasan kali ini.. baca terus samapi tuntas ... yuuuukk!
Remaja di Persimpangan Jalan
Remaja merupakan bagian fase kehidupan manusia dengan karakter khasnya yang penuh gejolak. Perkembangan emosi yang belum stabil dan bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami gejolak sosial. Diakui atau tidak, fakta telah menjelaskan keteledoran orang tua dan pendidik anak dalam mengarahkan dan membimbing anaknya berkontribusi meningkatkan problem - problem sosial dan kriminal.
Dampak pergaulan bebas remaja mengantarkan pada kegiatan tuna sosial di masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Sebanyak 51 dari 100 remaja perempuan tidak lagi perawan. Itulah hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek). Rentang usia remaja yang pernah melakukan hubungan seks di luar nikah antara 13 - 18 tahun.
Temuan serupa terjadi di kota - kota besar lain di Indonesia. Di Surabaya, remaja perempuan lajang yang kegadisannya sudah hilang mencapai 54 %, di Medan 52%, bandung 47% dan Jogjakarta 37 %, data ini dikumpulkan BKKBN sepanjang kurun 2014. Entahlah, berapa persentasenya jika survey dilakukan di kalangan remaja laki - laki. Saya yakin, remaja laki - laki yang sudah tidak lagi perjaka sebelum menikah pasti lebih besar persentasenya. Sederetan fakta tersebut membelalakan mata kita, bahwa jika sudah berduaan, ada rangsangan kebablasan dech. LOH MASIH VIRGIN ATAU NGGAK? pertanyaan itu sudah tidak asing lagi jika melihat maraknya fenomena free sex dikalangan remaja.
REMAJA TERNODA, HIV MERAJALELA
Remaja ternoda, HIV merajalela. Tidak bisa kita pungkiri dengan kecanggihan teknologi saat ini seperti internet, bahkan telepon seluler berperangkat multimedia, membuat pornografi dengan mudah berada dalam genggaman tangan dan masuk ruang pribadi remaja. Video berisi adegan porno bisa menimbulkan dampak kecanduan yang luar biasa remaja, bahakan ada yang mengatakan lebih berbahaya dibandingkan narkoba. Parahnya setelah kecanduan dia menjadi ingin melakukan seperti tayangan yang dilihatnya. Free Sex akhirnya menjadi pilihan untuk dilakukan.
Virus HIV itu pertama kali di temukan 1978 di san Fransisco Amerika Serikat pada kalangan honoseksual, suatu perilaku yang ditentang dalam agama manapun. Di Indonesia kasus HIV AIDS ini pertama kali ditemukan pada turis di Bali. Lebih jelas nya baca di Sini
Solusi Semu
Sementara itu, gagasan pencegahan HIV AIDS yang bersumber dari UNAIDS (United Nation Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan WHO melalui PBB juga dampak tidak mengkar. Dalam kampanye pencegahan HIV AIDS ada istilah ABCD. Ringkasnya :
A= Abstinence alias jangan berhubungan seks, B= Be faithfull alias setialah pada pasangan, C= Condom alias pakailah kondom, atau D= no use Drugs atau hindari obat - obatan narkotika.
Solusi Islam
Media utama penularan HIV AIDS adalah seks bebas. Oleh karena itu pencegahan harus menghilangkan praktik seks bebas itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan melalui pendidikan Isalam yang menyeluruh dan komprehensif, dimana setiap induvidu muslim dpahamkan untuk kembali terikat pada hukum - hukum islam dalam interaksi sosial.
Seperti larangan mendekati zina dan berzina itu sendiri, larangan khalwat (berdua-duaan laki perempuan seperti pacaran), laragan ikhtilat (campur baur laki permpuan), selalu menutup aurat, larangan bercumbu didepan umum,dll. Sementara itu kepada pelaku seks bebas, segera jatuh hukuman setimpal agar jera dan tidak ditiru masyarakat umumnya.
Sementara itu kepada penderita HIV AIDS, negara harus melakukan pendataan konkret. Negara bisa memaksa pihak - pihak yang dicurigai rentan terinveksi HIV AIDS untuk diperiksa darahnya. Selanjutnya penderita dikarantina, dipisahkan dari interaksi dengan masyrakat umum. Karantina dimasksudkan bukan bentuk diskriminasi, karena negara wajib menjamin hak - hak hidupnya. Bahkan negara wajib menggratiskan biaya pengobatannya, memberi santunan selama dikarantina, diberikan akses pendidikan, peribadatan, dan ketrampilan.
Wah dari tadi kok serius amat yah bacanya.. sekarang saaatnya menyadari untuk kembali pada aturan yang benar yang sudah dijelaskan. Bahkan tidak akan ragu lagi untuk mengatakan "kita putus aja deh, insyaallah akan dipertemukan dalam kondisi yang halal jika berjodoh" ... Berani ? Siapa Takut...!! Say No Free Sex
0 Response to "Remaja Ternoda HIV/AIDS Merajalela"
Posting Komentar